Kamis, 28 Juni 2012

0 Biografi Singkat Syaikh Yasin Al-Fadany


Ulama Makkah yang nenek moyangnya berasal dari Padang Sumatra barat, adalah sosok ulama Indonesia yang namanya terukir dengan Tinta Emas karena keluasan ilmu yang dimilikinya. Beliau bergelar “Almusnid Dunya” (ulama ahli Musnad dunia). Karena keahlian dalam hal ilmu periwayatan Hadist ini, maka banyak para ulama-ulama dunia berbondong-bondong untuk mendapat Ijazah Sanad hadist dari Beliau. Bahkan Al alamah Habib Segaf bin Muhammad Assegaf salah seorang ulama dan waliyullah dari Tarim, Hadromaut sangat mengagumi keilmuan Syaikh Yasin Al-Fadany hingga menyebut Syaikh Yasin dengan ”Sayuthiyyu Zamanihi.”

Nama lengkapnya Abu Al-Faidh 'Alamuddin Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadany, lahir di Makkah tahun 1916. Sejak kecil Syaikh Yasin sudah menunjukan kecerdasan yang luar biasa, bahkan menginjak usia remaja Syaikh Yasin mampu mengungguli rekan-rekannya dalam hal penguasaan ilmu hadist, fiqh dan bahkan para Gurunya pun sangat mengaguminya. Syech Yasin mulai belajar dengan ayahnya Syaikh Muhammad Isa, dilanjutkan ke As-Shautiyyah. Guru-gurunya antara lain Syaikh Mukhtar Utsman, Syaikh Hasan Al-Masysath, Habib Muhsin bin Ali Al-Musawa.

Sekitar tahun 1934 terjadi konflik yang menyangkut Nasionalisme, direktur As-Shautiyyah telah menyinggung beberapa pelajar asal asia tenggara terutama dari Indonesia maka Syaikh Yasin mengemukakan ide untuk mendirikan Madrasah Darul Ulum di Makkah. Banyak dari pelajar As-Shautiyyah yang berbondong-bondong pindah ke Madrasah darul Ulum, padahal madrasah tersebut belum lama didirikan. Syaikh Yasin menjabat sebagai wakil direktur Madrasah Darul Ulum Makkah , disamping itu Syaikh Yasin mengajar di berbagai tempat terutama di Masjidil Haram . Materi-materi yang disampaikan Oleh Syaikh Yasin mendapat sambutan yang luar biasa terutama dari para pelajar asal asia tenggara. Syaikh Yasin juga dikenal sebagai sosok ulama yang sering berdekatan dengan para ulama-ulama terkemuka sehingga Beliau memiliki sanad yang luar biasa banyaknya.

Dan yang sangat menarik dari sosok Syaikh Yasin Al-Fadany adalah kesederhanaannya, walaupun beliau seorang ulama besar namun beliau tidak segan-segan untuk keluar masuk pasar memikul dan menenteng sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dengan memakai kaos oblong dan sarung Syaikh Yasin juga sering nongkrong di warung teh sambil menghisap sisha (rokok arab). Tak ada seorangpun yang berani mencelanya karena ketinggian ilmu yang dimiliki Syaikh Yasin. Dan jika musim haji tiba Syaikh Yasin mengundang ulama-ulama dunia dan pelajar untuk berkunjung kerumahnya untuk berdiskusi dan tak sedikit dari para ulama yang meminta Ijazah Sanad hadist dari Syaikh Yasin. Namun biarpun lewat dari Musim haji Rumah Syaikh Yasin pun selalu ramai dikunjungi para ulama dan pelajar.

Ulama kelahiran abad 20 ini menghasilkan karya karya yang tak kurang dari 100 judul, yang semuanya tersebar dan menjadi rujukan lembaga-lembaga islam, pondok pesantren baik itu di Makkah maupun di asia tenggara. Susunan bahasa yang tinggi dan sistimatis serta isinya yang padat menjadikan karya Syaikh Yasin banyak digunakan oleh para ulama dan pelajar sebagai sumber referensi. Diantaranya

-Fathul ‘allam Syarah dari kitab Hadist Bulughul Maram

-Ad-Durr al madhud fi Syarah Sunan Abu Dawud

-Nail al ma’mul Hasyiah ‘ala lubb al ushul Fiqh

-Al Fawaid al janiyah ‘ala Qawaidhul fiqihiyyah

dan masih banyak karya beliau lainnya.

Beliau banyak dipuji oleh para Ulama dan para gurunya, seperti seorang ulama hadits bernama Sayyid Abdul Aziz Al-Qumary menjuluki Syaikh Yasin sebagai ulama kebanggaan Haromain (Makkah dan Madinah).

Doktor Ali Jum’ah salah satu Mufti Mesir dalam kitab Hasyiyah Al imam Baijury a’la jawahirut tauhid yang ditahqiqnya mengatakan bahwa dia mendapat Ijazah sanad dari Syech Yasin Al Fadani.

Syaikh M Zainuddin sewaktu mengajar Di madrasah As-Shautiyyah mengalami kesulitan dan memaksa dirinya membolak balik berbagai kitab-kitab yang relevan, namun setelah terbitnya Kitab Qowaidul Fiqh karya Syaikh Yasin Al-Fadany menjadi ringanlah segala bentuk kesulitan-kesulitan yang biasa ia alami waktu mengajar.

Syaikh Yasin juga sering mengadakan kunjungan-kunjungan ke berbagai negara terutama di Indonesia yang merupakan asal dari nenek moyangnya, tak sedikit dari para ulama-ulama yang bertemu Syaikh Yasin ingin dianggap murid oleh beliau dan minta ijazah sanad hadits. Dan kejadian yang menarik adalah sewaktu Syaikh Yasin berkunjung ke Indonesia banyak dari para ulama dari berbagai daerah di indonesia berbondong-bondong menemui Syaikh Yasin untuk dianggap murid, salah satunya adalah KH Syafi’i Hadzmi. KH Syafi'i datang menemui Syaikh Yasin Al-Fadany untuk diangkat sebagai murid namun Syaikh Yasin menolaknya, bukan karena tidak suka atau ada hal lain, namun Syaikh Yasin menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru dan beliau mengatakan bahwa dirinyalah yang pantas menjadi murid KH Syafi'i Hadzami. Syaikh Yasin menilai bahwa Kedalaman ilmu yang dimiliki KH Syafi’i hadzami tak diragukan lagi. KH Syafi’i hadzami begitu terkenal namanya Di Makkah sebagai sosok ulama Indonesia yang memiliki keluasan ilmu.

Begitulah sosok Syaikh Yasin al-Fadany yang sangat menghargai para ahli ilmu. Dan pernah salah seorang murid Syaikh Yasin Al-Fadany, KH Abdul Hamid dari Jakarta, sewaktu beliau dihadapi kesulitan dalam mengajar beliau mendapat sepucuk surat dari Syaikh Yasin Al-Fadany, begitu membuka isi surat tersebut ternyata adalah jawaban dari kesulitan yang dihadapinya. KH Abdul Hamid pun heran bagaimana Syaikh Yasin bisa tahu kesulitan yang sedang beliau hadapi?.

Pernah juga salah seorang murid Syaikh Yasin di makkah menceritakan bahwa dirinya diperintahkan Syaikh Yasin untuk dibuatkan teh, setelah teh tersebut diminum dirinya pergi ke Masjidil Haram dan terasa tidak percaya bahwa dirinya melihat Syaikh Yasin sedang membawa kitab sehabis mengajar dari masjidil Haram padahal baru tadi Syaikh yasin minum teh dirumahnya.

Syaikh Yasin Al-Fadany tampil sebagai sosok ulama yang mampu mencetak murid-murid yang sangat mencintai ilmu, diantara murid beliau adalah Syaikh Muhammad Ismail Zaini Al-Yamany, Syaikh Muhammad Muhktaruddin, Habib Hamid Al-Kaff, KH.Ahmad damhuri (Banten), KH. Abdul Hamid (Jakarta), KH. Ahmad Muhajirin (Bekasi), KH. Zayadi Muhajir, KH. Syafi’i Hadzami dan masih banyak murid beliau yang tersebar di pelosok penjuru dunia yang meneruskan perjuangan Syaikh Yasin Al-Fadany. Bangsa Indonesia pun boleh berbangga bahwa bangsa kita memiliki ulama-ulama yang sangat terkenal dan diakui ketinggian ilmunya di Makkah maupun di dunia sebut saja Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantany (Banten), Syaikh Yasin Al-Fadany (Padang), Syaikh Ahmad Khatib Sambas (Kalimantan), Syaikh Muhammad Zainuddin al-Fancury (Lombok) dan lain-lain.

Tahun 1990 Syaikh Yasin al-Fadany dipanggil mengahadap Allah SWT, seluruh dunia merasa kehilangan sosok ulama hadits yang mumpuni dan menjadi sumber rujukan ilmu. Dan kebesaran Allah ditampakan oleh para hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan ulama besar tersebut. Begitu jenazah dimasukkan ke liang lahat bukan liang yang sempit dan lembab yang tampak tapi liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas membentang disertai dengan semerbak wewangian yang harum dan menyegarkan. Subhanallah Ya Allah jadikan para ulama-ulama Indonesia saat ini menjadi ulama-ulama yang istiqomah, yang berjuang mensyiarkan agama Allah dengan penuh keikhlasan seperti ulama-ulama terdahulu yang telah Engkau Rahmati, Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar

 

JEJAK SANG MUSAFIR Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates