Senin, 11 Juni 2012

0 Sang Pedang Allah


“Semakin hari umat Islam semakin tertekan oleh jajahan Amerika dan Israel. Kita harus membangun dan menegakkan khilafah Islamiyah demi kejayaan Islam. Kalau tidak, maka kita sama saja seperti mereka yang memsuhuhi Islam. Undang-Undang Allah yang paling adil dan benar. Itu sudah harga mati”.

“Jangan hanya sibuk merayakan maulid, dzikir berjamaah di sekitar makam. Sibuk memuji dan mengagungkan para wali yang sudah mati. Sadarlah, kita harus bertindak lebih obyektif dan realistis agar Islam tidak semakin bodoh di mata dunia”.

“Lihat para sahabat dulu, mereka tidak sibuk bermabuk cinta dengan memuji Nabi setinggi langit, atau bertabarruk dengan Nabi dan mengkultuskannya sebagaimana yang dilakukan orang-orang tarekat pada mursyid-mursyid mereka. Melainkan para sahabat giat berperang dan berjuang melawan musuh-musuh Allah demi kejayaan Islam dan kemajuan umatnya. Mereka tidak hanyut dalam khurafat dan tahyulnya kaum sufi yang saat ini merajalela”.

Ceramah di atas sangat efektif membangkitkan semangat orang-orang Islam yang berhati sakit dan berakal bodoh. Sedangkan orang Islam yang berhati sehat dan berakal pintar, ia pasti sadar bahwa mabuk cinta sufi lah kunci kejayaan sesungguhnya, dan ia sama sekali tidak tertipu oleh bermacam retorika.

Dulu, Saidina Khalid bin al-Walid Ra. yang dikenal sebagai pedang Allah yang sangat tajam, selalu menang dalam setiap peperangan melawan orang-orang kafir. Setiap kali beliau menjadi komandan maka tentara Islam pasti kuat dan menang. Strategi beliau luar biasa hingga dipatuhi semua instruksi dan perintahnya.

Di suatu peperangan, tepatnya di tengah-tengah sengitnya perang Yarmuk, Saidina Khalid bin al-Walid selaku komandan sibuk mencari sorban beliau yang hilang, dan memerintahkan para tentara untuk membantu beliau dalam mencari sorban tersebut. Setelah ditemukannya, para tentara heran dan bertanya-tanya, mengapa sorban sekuno dan semurah itu sempat dicari-cari sang komandan di tengah-tengah peperangan?. Sang pedang Allah akhirnya menjelaskan: “Dulu, ketika Rasulullah Saw. memotong rambut beliau selepas melaksanakan umroh, para sahabat memeperebutkan rambut beliau, dan aku alhamdulillah berhasil mendapatkan sehalai rambut ubun-ubun beliau, dan aku meletakkannya dalam sorbanku ini. Nah, sorban yang mengandung sehelai rambut mulia inilah rahasia kemenangan kita dalam setiap peperangan”.

Kenyataan di atas dikisahkan oleh al-Hakim, al-Haitsami, at-Thabrani, al-Baihaqi, Abu Ya’la, dan banyak imam-imam hadits lainnya.

Pertanyaan kita adalah, bukankah itu yang namanya mabuk cinta, hingga memperebutkan dan memelihara sehelai rambut saja?. Bukankah itu yang namanya tabarruk dengan hamba mulia?. Dan bukankah hal itu yang menjadi kunci kemenangan Islam dan umatnya?. Ataukah Saidina Khalid hanya ingin berkhurafat dan bertahyul saja?.

0 komentar:

Posting Komentar

 

JEJAK SANG MUSAFIR Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates